Kamis, 11 November 2010

Cerpen Horor " Buku Harian dan Pena Kematian 5 "

Pagi harinya di sekolah Kevin nampak sama seperti kemarin. Pendiam,,dan
hanya diam. Yaa…sekarang aku sudah mengerti apa yang terjadi padanya.
Setidaknya,,aku telah sedikit tau beberapa hal tentang Kevin. Entah dia jujur
atau cuma mengada-ada,,tapi buatku kata-katanya cukup meyakinkan. Saat pulang
sekolah,aku,,Tomi dan Kevin tertahan oleh hujan yang cukup deras. Memang tak
Cuma kami bertiga. Masih ada beberapa anak yang menunggu jemputan. Kami
menunggu hujan berhenti,,tapi hujan tak juga berhenti. Sampai akhirnya hari
mulai gelap dan hanya kami bertiga yang tersisa. Kami saling berdiam,,tak
bergeming. Sepertinya Tomi memang tak suka dengan Kevin. Sesekali pandangan
sinis Tomi tertuju pada Kevin.

Sekian lama menunggu,,hujan tak juga berhenti tapi malah semakin menggila
bersama angin kencang dan petir. Saat itu aku baru ingat,,kenapa tidak telfon
ke rumah dan minta di jemput. Berhubung handphoneku ketinggalan di rumah,,aku
meminjam handphone Tomi. Dengan gesit tomi merogoh saku untuk mengambil
handphone. Tapi handphonenya tak ada di saku. “mungkin di tas…”,kataku. Dengan
segera Tomi membuka tasnya. Setengah tidak percaya,, peti maut itu berada di
dalam tas Tomi. Padahal seingatku peti itu ku tinggal di rumah dan tak pernah
ku bawa kemanapun.

“hah….!!! Benda apa ini…..? bukannya benda ini udah lenyap..? kenapa bisa
ada di sini…..?”,teriak Tomi.

“kok bisa ada di kamu Tom….? Emang dua hari lalu ada seseorang yang ngirim
paket. Isinya ya benda itu. Tapi gag ada nama or alamat pengirimnya. Aku pengen
cerita ama kamu tapi lupa terus. Kayaknya emang ada orang yang sirik ama kita
deh….makanya dia neror kita pake acara bunuh-bunuhan.”,jawabku.

“ahh…bener juga kamu…paling-paling ini cuma kerjaan orang iseng yang sirik
ama kita. Udah deh…buang aja…”,kata Tomi sambil menuju tempat sampah.

“nah..gini kan beres…kita udah bisa tenang sekarang… tapi hape gue
mana...? gag ada nih di tas.. hasssh…ilang lagi nih hape..!!”,ucap tomi dengan
nada agak kesal.

“yang kalian lakukan tidak akan membantu..!”,ucap Kevin dengan singkat.

Kevin langsung beranjak,,pergi meninggalkan aku dan tomi. Ia berlari di
tengah lebatnya hujan dan gelapnya malam yang semakin larut. Aku dan tomi hanya
bisa melihatnya,,dan tak kusa menahannya agar tetap tinggal.

“halah..biarin aja tuh anak… udah gag waras kali…”,hardik tomi.

“kamu kenapa sih Tom…..? kayak.e kok gag suka banget sama si Kevin..
kayak.e dia juga orangnya baik…”,ujarku.

“hah..? baik…kamu gag liat….? Gayanya aja belagu,,,sok misterius…. Ato
jangan-jangan kamu ada apa-apa sama Kevin……?”,tomi nyolot.

“kok ngomong gitu sih…? Kita kan cuma temen.. lagian aku sama Kevin juga
baru beberapa hari kenal…..”,jawabku dengan sedikit emosi.

Tomi diam dan tak membalas. Perdebatan berakhir seiring dengan turunnya
hujan yang semakin menggila. Kami saling diam,tak berkata sepatah katapun. Tak
terasa waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Tiba-tiba terdengar teriakkan
melengking yang benar-benar mengalahkan bisingnya hujan yang sangat lebat yang
nyaris membuat gendag telinga kami pecah. Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja
lampu padam. Aku menjerit seketika. Tak terdengar reaksi tomi. Di kegelapan aku
bertriak-triak memanggil tomi.

“tomi…tomi…tomi…kamu dimana…..?”,teriakku.

Tak ada jawaban. Masih saja aku memanggil nama tomi. Dan tetap tak ada
jawaban.

“Tom…kamu jangan bercanda deh.. gelap nih..aku takut.. tomiiiiiiiiii……..sini deh…gausah ngerjain
aku..”

Masih juga tak ada jawaban. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat sesosok
bayangan hitam saat terjadi kilat. Yaa…bayangan itu sedang berjalan menuju ke
arahku. Aku terkejut…seketika aku berlari mencari tempat berlindung. Tapi
kemudian terdengar lantang,bayangan itu memanggil namaku.

“Vira…vira…”

Aku masih saja berlari. Tapi bayangan itu masih memanggilku.

“vira…jangan lari..jangan takut.. ini aku Kevin..”

Saat bayangan itu menyebut nama
‘kevin’,,ku hentikn langkahku dan berbalik untuk melihat sosok itu. Ya..ternyata
benar dia adalah Kevin. Ia masih dengan seragam sekolah yang basah kuyup.

“Lho,,Vin..kok kamu bisa ada di sini….? Bukannya tadi kamu udah
pulang..?”,tanyaku.

“enggak kok..tadi aku gag pulang. Aku nungguin kamu sama Tomi di bawah
pohon beringin di taman deket sekolah.. udah deh…!! Sekarang gag usah banyak
tanya dulu.. mending sekarang kita cari peti yang isinya buku harian dan pena
kematian itu. Tadi kalo gag salah Tomi buang peti itu di tong sampah di lobby…
”,kata Kevin dengan muka yang ku kira panik. Tak terlihat karena gelap.

“yaudah deh..tapi gag usah pake lari ya..!! emangnya buat apa lagi sih
benda itu…..?”,tanyaku.

“gag usah banyak tanya.. kita harus bergerak cepat.. tomi sedang dalam
bahaya…!!”,Kevin ngotot.

‘dalam bahaya…? Aapa maksudnya..? bukannya Tomi sedang ngumpet ngerjain
aku…?’,aku bertanya-tanya dalam hati.

Dengan segera Kevin menarik tanganku menuju lobby untuk memungut kembali
peti maut itu. Terasa tangan Kevin yang dingin memegang erat pergelangan
tanganku. Ternyata masih ada di tempatnya semula. Setelah mendapatkannya kami
bergegas untuk mencari Tomi. Kami memeriksa setiap sudut sekolah sambil
berteriak-teriak memanggil nama Tomi berharap ada jawaban. Hamper setiap
ruangan mulai dari bagian depan,,samping kanan,,samping kiri,,bagian belakang
sekolah kami kelilingi. Namun tetap saja hasilnya nihil.

“seingatku ada satu ruangan yang belum kita periksa. Ah..tapi gag mungkin
juga kita ke tempat itu. Setauku ruangan itu tak pernah sekalipun
terbuka..”,ujarku.

“di mana itu..?”,Kevin bertanya.

“letaknya di bakian belakang toilet
guru yang di ujung barat..”,kataku.

“ayo kita periksa tempat itu.”,kata Kevin.

“hah…? Yakin..? tapi setauku tempat itu kan gag pernah…”

“udah deh..jangan mengukur-ulur waktu. Kemungkinan besar Tomi masih berada
di sekitar sini. Kita harus menolongnya sebelum terlambat.”,tomi memotong
kata-kataku.

Aku turuti saja apa maunya. Dengan tergesa-gesa kami berlari menuju tempat
yang dimaksud. Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari ruangan kosong itu, aku
merasa sedikit ragu untuk meneruskan langkahku. Dengan mantap ku hentikan
langkahku. Aku takut. Melihat keadaan luarnya saja sudah cukup membuatku
menelan ludah berkali-kali. Keadaannya kotor,cat yang dulunya putih kini telah berjamur
dan mengelupas, kaca yang pecah,listrik padam, dan di tambah lagi dengan hujan
yang makin mendukung suasana horror disini. Apa lagi memasukinya. Sekali lagi,
Kevin meyakinkanku atas nama persahabatan. Hatiku kembali mantap. Kembali ku
teruskan langkahku Dan ternyata benar saja apa yang dikatakan Kevin.

Dari depan aku tak melihat adanya tanda-tanda kehidupan. Suasananya sunyi.
Hanya terdengar suara tetesan air langi yang masih juga turun. Kevin mencoba
membuka pintu ruangan itu. Ternyata tak terkunci. Saat memasukinya hidung kami
langsung saja di sambut oleh bau anyir darah.

“uuh…amis sekali tempat ini.. aku yakin ada orang yang sering memasuki
tempat ini.”,kataku.

“tidak…!!”,sanggah Kevin.

“tidak..?”

“yaa…mungkin selama beberapa tahun terakhir ini ruangan ini tak terjamah
manusia.”,jelas Kevin.

“tapi bagaimana kamu tau…? Sedangkan kamu baru beberapa hari pindah ke
sekolah ini..”,tanyaku heran.

“kamu tau kelebihanku kan…? Tak perlu ku jelaskan lagi. Ku rasa Tomi ada
di sini…yaa…ia di sembunyikan oleh pemilik benda ini..dan bau anyir ini
jelas..ini adalah aroma darah segar tomi”,jelas Kevin sambil menunjukkan peti
itu padaku.

“apa…? Darah Tomi…? Kamu yakin..? mungkinkah sekarang Tomi sudah
berakhir…?”,tanyaku disertai air mata yang mulai mengalir. Aku menangis…aku
khawatir dengan keadaan sahabatku….:(

Tiba-tiba jatuh sesuatu dari atas dan mengenai kepalaku.

“aduh..apa itu?”,sambil meraba-raba lantai,,mencoba menemukan benda apa
yang sempat mendarat di kepalaku tadi.

Tanganku menemukan sesuatu yang terasa mirip seperti pena yang sering
datang padaku. Ya..benar… terlihat tulisan yang terukir dengan tinta emas di
badan pena itu bercahaya. Seingatku peti itu masih berada di tangan Kevin. Tapi
kenapa pena ini bisa berada disini…? Darah…yaa….tanganku menyentuh darah. Darah
segar yang menempel di badan pena itu.

“kamu nemu apa Vir…?”,tanya Kevin.

“eee….ini…aku nemuin pena. Kayaknya ini pena yang di dalem peti itu deh….
Ada darahnya..”,jawabku lesu.

“darah…? Itu pasti darah Tomi.. Ayo…kita harus cepat bertindak..bawa pena
itu.”,seru Kevin.

Kamipun mencari-cari dimana Tomi. Di ruangan yang tak terlalu luas ini
seharusnya mudah untuk menemukan seseorang jika memang ia berada di dalam.
Namun tidak…!! Tak ada tanda-tanda adanya orang di dalam sini. Tapi…kenapa
Kevin tetap saja bersikukuh bahwa Tomi benar-benar di sini…?

Aku masih bingung dengan semua yang terjadi. Di mana Tomi…? Kemana Tomi…?
Dengan siapa dia sekarang…? Bagaimana keadaannya…?

“aaaaarrrrrrgggghhh……….!!!!! Sialan……!! Apa-apaan ini…? Siapa yang tega
melakukan semua ini padaku dan sahabat-sahabatku…? Apa salahkuuuuu…?”,kataku
dengan nada berteriak kesal.

Tiba-tiba saja semua terasa
lebih gelap dari sebelumnya. Kepalaku terasa berat…pusing…!! Uuuh…

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar